NENEK
PENJUAL SAYUR YANG SAMA
Matahari mulai menampakkan sinarnya, tetesan
air dari daun dan dahan-dahan sekitar
menandakan bahwa hujan baru saja reda. Sinar mataharipun mengubah langi
abu-abu menjadi biru dan mengubah pemandangan di sekitar desaku.
Hari ini hari Minggu,hari yang menurutku
bukan hari libur,karena dihari minggu aku tetap disibukkan dengan tugas dan
membantu ibuku . Waktu untuk beristirahat sangat sedikit untukku . Pagi ini aku
harus mengantar ibu belanja dipasar. Seperti biasa seminggu sekali ibu memang
pergi kepasar untuk berbelanja.
“mitta bangun,udah siang, buruan mandi
anterin ibuk" teriak ibu
“iya buk,bentar !” jawabku.
Seperti biasa
aku slalu bangun sedikit siang dihari minggu,tapi tetap saja tak bisa terlalu
bangun siang karena ibuku pasti sudah teriak-teriak membangunkanku.seperti
sudah menjadi hal yang biasa ,setiap hari minggu kulewatkan dengan pergi
kepasar bersama ibuk.
Setelah selesai
mandi,ganti baju,dan berdandan,aku langsung mengambil sepiring nasi dan lauk
yang sudah disiapkan oleh ibu.setiap akan berangkat ,aku memang selalu terlalu
lama makan dan berdandan,jadi ibu selalu menyiapkan sarapan pagiku.
"cepet ta,kamu tu selalu kelamaan
dandan,!". teriak ibu
"iya bu,bentaran,nanggung
hehehehe".sahutku.
"nanti keburu gak ada mobil
angkutan!".teriak ibu lagi
Setelah selesai
dengan sarapan pagi ,aku dan ibu lantas berangkat menuju pasar.untuk sampai
kesana kami butuh waktu sekitar 25 menit
.Sampainya disana aku dan ibu lantas masuk kedalam pasar untuk membeli
beberapa jenis sayuran.
Saat tengah
melewati sebuah gang kecil yang menuju ke pasar bagian dalam,aku melihat
seorang nenek yang duduk di bagian tepi diujung gang dengan sebuah keranjang berisi sayuran.Nenek
itu terlihat lesu dan memasang raut wajah yang seakan putus asa.
Tak seperti
pedagang lainnya yang tampak ribut menawarkan dagangannya,nenek itu hanya diam
dan menunggu seorang pembeli membeli dagangannya,sang nenek hanya diam dan
melihat orang yang lalu lalang di sekitarnya.aku hanya melihat dengan merasa
iba,bagaimana bisa seorang nenek yang telah klanjut usia berjualan untuk
menghidupi dan membiayai segala kebutuhannya sendiri,bukankah seharusnya ia
dirumah beristirahat menikmati masa tuanya.
Sebenarnya bukan
kali ini saja aku melihat nenek itu duduk disitu,berkali-kali aku melihat nenek itu berjualan ditempat yang sama.awalnya aku cuek
dan pura-pura tidak melihat,namun lama-kelamaan aku iba melihat nenek itu
selalu berada ditempat yang sama dan terlihat muram melihat orang disekitarnya.
“buk,beli itu yuk,” ajak ku
“beli apa to? Ibuk masih harus beli tahu
ni !”. jawab ibu
“itu,bentar aja
bu,disitu!” pintaku
“iya,dimana? Mau beli apa sih?” tanya ibu
Tiba-tiba karena
merasa iba,aku meminta ibu untuk membeli beberapa ikat sayur pada nenek
tersebut.aku dan ibu lantas menghampiri nenek tersebut,ibu langsung
memilih-milih sayur untuk dibeli.
“mau beli yang mana ta?,cepet,ibuk masih
banyak yang harus dibeli.” Tanya ibu
“ terserah ibu aja buk!” sahutku.
“mbah,beli yang ini 2 iket ya,berapa mbah?
“ . tanya ibuku
“4 ribu buk”sahut nenek
Ibuku lantas
menyodorkan uang kepada nenek tersebut,
“trimakasih buk,” sahut si nenek
Nenek itu tersenyum padaku dan ibu,melihat
senyumannya aku sangat lega,serasa membantu mengurangi beban yang nenek itu alami,entah kenapa walaupun hanya 4 ribu rupiah namun rasanya
bahagia sekali bisa membeli dagangan nenek itu.
Di minggu
berikutnya aku tak melihat nenek itu duduk di ujung gang,aku sempat bingung dan
penasaran,kemana nenek itu?,bukankah biasanya ia duduk disini untuk menjual
hasil kebunnya.kemana dia ?
“buk,nenek yang biasanya jualan disini mana
ya buk?” tanyaku pada ibu
“mana ibuk tau,kamu ini aneh-aneh aja kalo
nanya,emangnya kenapa to ta” jawab ibu
“enggak,enggak
papa kok,cuman biasanya kan nenek itu jualan disini,kok sekarang gak ada”
jawabku
“ya paling lagi
libur,ayo ibuk mau beli daging,nanti keburu habis lo” ajal ibuk
Bahkan sampe
minggu minggu berikutnya ,aku masih tak melihat nenek itu berjualan ditempat
biasa,sudah 3 minggu berturut- turut,dimana sebenarnya nenek itu berada ?,apa
ia sakit ? atau sudah tak berjualan lagi ? .
Setelah 3 minggu
aku tak melihat nenek itu ,tiba-tiba aku melihat wajah yang tak asing
bagiku,dia terlihat menawarkan sayuran yang masih segar dilapak dagangnya. Dia
adalah nenek yang biasanya kujumpai di ujung gang,kini ia telah punya lapak
dagang sendiri,senang rasanya melihat ia dikerumuni pembeli yang berebut
sayuran segarnya.Hatiku sangat lega melihat senyum diwajah nenek itu,meski aku
bukan siapa-siapanya ,namun dengan melihatnyapun aku merasa seperti melihat
neneku