Senin, 13 Oktober 2014

ANGKATAN '45

Periodisasi Sastra (Angkatan '45)

PERIODISASI SASTRA

1.    Zaman Sastra Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.
2.    Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban.
3. Zaman Sastra Indonesia
a.  Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
b.  Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
c.  Angkatan ’45
d. Angkatan ’66

Pengertian

Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode
lain.
Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
 Ada banyak periodisasi sastra yang disusun oleh para kritikus, antara lain oleh:
  1. HB. Jassin
  2. Ajip Rosidi
  3.  A. Teeuw
  4. Rahmat Djoko Pradopo       

Yang saya tulis disiini adalah Periodisasi Sastra menurut HB. Jassin. (HB. Jassin , kritikus Indonesia) pada angkatan 1945.
Angkatan ’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik – idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
§   Terbuka
§   Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
§   Corak isi lebih realis, naturalis
§   Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
§   Penghematan kata dalam karya
§   Ekspresif
§   Sinisme dan sarkasme
§   Karangan prosa berkurang, puisi berkembang

Chairil Anwar , sastrawan Angkatan ‘45

Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:
§   Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
§   Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
§   Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
§   Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
§   Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
§   Tandus (S. Rukiah)
§   Puntung Berasap (Usmar Ismail)
§   Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
§   Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
§   Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
§   Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
Ciri umumnya adalah :
1.    bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas,
2.    prosanya bercorak realisme,
3.    puisinya bercorak ekspresionisme,
4.    tema dan setting yang menonjol adalah revolusi,
5.    lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan
6.    jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya :
1.    Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu,
2.    kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir),
3.    Achdiat Kartamiharja (novel Atheis),
4.    Idrus (novel Surabaya, Aki),
5.    Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira),
6.    Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya),
7.    Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)

Penulis dan karya sastra Angkatan ‘45 :




    Simpulan
  1. Angkatan ’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45.
  2. Karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
  3. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya
  4. Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar