Minggu, 26 Januari 2014

KETEPATAN MEMILIH KATA DALAM MENULIS KARYA SASTRA

A. Ketepatan Pilihan Kata
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis.
B. Persyaratan Ketepatan Diksi 

Sarat untuk mendapatkan ketepan diksi:
  1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
  2. Membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
  3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
  4. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
  5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
  6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
  7. Membedakan kata umum dan kata khusus
  8. Memperhatikan perubahan makna
  9. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
C. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungny. Bila sebuah kata mengacu kepada suatu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada perngarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata itu disebut kata khusus. Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca; sebaliknya semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Dalam ilmu semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim.
a.  Kata Khusus
(i)  Nama Diri
Pada umumnya, kita sepakat bahwa semua nama diri adalah istilah yang paling khusus, sehingga menggunakan kata-kata tersebut tidak akan menimbulkan salah paham. Bahwa nama diri ini merupakan kata khusus, tidak boleh disamakan dengan kata yang denotatif. Kata khusus memang pada dasarnya memiliki denotasi yang tinggi tingkatnya.
(ii)  Daya Sugesti Kata Khusus
Kata-kata yang kongkret dan khusus dengan demikian menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca. Memberi informasi yang jauh lebih banyak sehingga tidak mungkin timbul salah paham. Tetapi di samping memberi informasi yang jauh lebih banyak itu, kata khusus juga memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.
b. Kata Umum
(i)   Gradasi Kata Umum
(ii)  Kata-kata Abstrak
c.  Penggunaan Kata Umum dan Khusus
Kata Indria
Tetapi seringkali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, dan sebagainya
Perasa : pedas, pahit, asam, dan sebagainya
Penciuman : asam, tajam, pedis, kohong, dan sebagainya
Pendengaran : dengung, deru, ringkik, kicau, dan sebagainya
Penglihatan : pijar, teja, sabur, kabur, dan sebagainya
D. Perubahan Makna
a. Terjadinya Perubahan Makna
Perubahan makna terjadi karena kata tidak bersifat statis. Dari waktu ke waktu makna kata dapat mengalami perubahan. Untuk menjaga agar pilihan kata selalu tepat maka setiap penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi.
b. Macam-Macam Perubahan Makna
Perluasan Arti
Adalah suatu perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupinsebuah kelas makna yang lebih umum, misal: kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian bergerak di laut dengan menggunakan layar, sekarang berarti semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut berlayar
Penyempitan Arti
Sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebiah luas cakupannya daripada makna yang baru. Misalnya kata pala yang tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya dipakai untuk menyebutkan jenis buah tertentu.
Ameliorasi
Suatu proses perubahan makna dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan.
Peyorasi
Adalah proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Arti yang baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama. Kata bini dianggap tinggi pada zaman lampau, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar.
Metafora
Perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Merupakan pengalihan semantik berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari, putri malam (untuk bulan), pualu (empu laut) semuanya dibentuk berdasarkan metafora.
Metonimi
Poses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. Gereja berarti tempat ibadah umat kristen, tetap dipakai juga untuk mengacu persekutuan umat kristen. Penemuan-penemuan yang sering disebut penemunya juga merupakan contoh metonimi, misalnya ohm, ampere, watt.
E. Kelangsungan Pilihan Kata
Suatu cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan. Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa menimbulkna ambiguitas (makna ganda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar